Ditlis Oleh : Ruvianty Rahadian
Windy dan Winda sudah bersahabat sejak kecil. Mereka selalu bermain dan belajar mengaji bareng. Suatu hari, Windy mengeluh bahwa dia malu karena hafalan surat pendeknya baru sedikit. Ia meminta Winda untuk tidak memberitahu siapa pun.
Winda mengangguk, “Tenang, Umma bilang aku pandai menjaga rahasia.”
Keesokan harinya di masjid dekat rumah mereka, setiap santri mulai melakukan setoran hafalan surat. Santri-santri kecil saling bertanya mengapa Windy terlihat gugup dan khawatir.
Winda hanya tersenyum dan berkata, “Mungkin Windy kurang tidur.”
Windy merasa tenang karena Winda memegang janjinya.
“Terima kasih, Nda, kamu tidak membocorkan rahasiaku,” kata Windy sambil memeluk Winda.
Winda menjawab, “Kan, seorang sahabat harus memegang janjinya.”
“Nda, temani aku menambah hafalan suratnya, dong!”
“Siap! Kita bisa menghafal bareng di rumahku atau di rumahmu, ya, Win.”
Sejak saat itu, persahabatan mereka semakin erat. Tanpa terasa hafalan surat Windy bertambah. Keduanya kini mengerti persahabatan sejati dibangun dari kepercayaan dan saling bantu. ***