Ditulis oleh: Hj. Munawaroh
“Barang siapa mengambil anak yatim dari kalangan muslimin, memberinya makan dan minum, Allah akan memasukannya ke surga, kecuali bila ia berbuat dosa besar yang tidak terampuni.” (H.R. Tirmidzi)
Aku menghampiri Rina yang sedang duduk sendirian sambil membaca novel.
“Hai Rina, sedang apa kamu?” tanyaku sambil tersenyum manis.
“Eh Ibu, biasa Bu, aku lagi membaca novel. Tinggal sedikit lagi tamat ceritanya,” jawab Rina.
Begitulah kegiatan Rina setiap jam istirahat di sekolah. Tidak seperti teman-temannya yang langsung menuju kantin. Rina adalah murid yang pandai dan pendiam. Namun, Rina adalah anak yatim piatu. Rina harus bekerja setiap pulang sekolah untuk menyetrika pakaian di laundry.
“Rina, ini Ibu ada roti untuk kamu, dimakan ya!” ucapku.
“Tidak usah Bu, saya masih kenyang,” kata Rina dengan senyuman manisnya.
Aku tahu dia berbohong karena Rina memang orang yang tidak ingin meminta kepada siapa pun, walaupun dia merasa lapar.
Keesokan harinya, aku mulai bergerak mengajak anak-anak muridku untuk menyantuni anak yatim seikhlasnya di setiap hari Jumat. Semua anak murid setuju, termasuk teman-teman sekelas Rina. Mereka menyambut baik kegiatan ini.
Betapa senangnya mereka karena bisa selalu berbuat baik kepada anak yatim, saling mencintai anak yatim, serta berbagi berkah kepada anak yatim dan sesama. ***