Ditulis oleh: Herie Saksono
Tuhan selalu menghadirkan
sahabat yang memperkuat
kehidupan kita.
Ahlis, Eddy, dan Putu adalah murid cerdas di kelas. Begitu pula Debby, Rina, dan Happy. Mereka memiliki beragam talenta. Sebagai lima sekawan (Aku, Ridwan, Slamet, Itha, dan Wawo), kami kerap belajar bersama menyelesaikan tugas sekolah. Kami tinggal di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Menjelang kenaikan kelas, Eddy harus pindah mengikuti ayahnya yang dipindahtugaskan ke Jakarta. Komunikasi kami akhirnya terputus karena sulitnya akses surat-menyurat. Setahun kemudian, beredar kabar yang memberitakan bahwa Eddy mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kebutaan. Tahun berganti, keluargaku berpindah ke Jakarta. Kesempatan ini kumanfaatkan untuk menemuinya.
Eddy menyandang tunanetra karena sama sekali tidak dapat melihat (buta). Hidupnya harus mengandalkan kemampuan perabaan dan pendengaran. Eddy membutuhkan dukungan untuk membangkitkan semangatnya. Selain itu, Eddy juga harus dapat menerima kenyataan,
mengadaptasikan kondisi fisiknya, dan kemudian mempelajari huruf braille.
Sahabatku merupakan sosok teladan nan istimewa. Keadaan membentuknya setegar karang. Ia pandai bersyukur, tetap kritis, dan tidak menyalahkan siapa pun atas musibah yang menimpanya. Eddy menginspirasi kita untuk berpikir positif. Kita juga harus berhati-hati ketika di jalan agar terhindar dari kecelakaan.
Sampai saat ini, kami tetap saling mendoakan, berbagi kasih, menjalin silaturahmi, dan tidak membiarkan Eddy sendirian. Semoga persahabatan kami tak lekang oleh waktu dan rentannya kondisi fisik manusia. ***