Ditulis oleh: Awalina Dewi
Persahabatan mampu
menciptakan nilai-nilai kehidupan
dengan cara yang unik.
Nadya adalah gadis cantik yang tunarungu semenjak lahir. Ia anak ketua RT di kompleks rumah. Kami sering bermain lompat tali bersama Ditha, putri tunggal seorang dokter tersohor di kotaku. Keceriaan kami terhenti oleh kabut asap yang pekat di Kota Palangkaraya. Akhirnya kami memilih bercengkerama di rumah.
Hujan deras yang mengguyur menjadi satu-satunya harapan untuk memadamkan titik-titik api dan menghilangkan kabut asap. Sayangnya, sahabatku harus pindah rumah. Nadya dipindahkan orang tuanya untuk belajar dan menetap di asrama sekolah luar biasa.
Aku memaklumi karena Nadya harus mempelajari Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) sebagai bahasa utamanya. Tujuannya untuk memudahkan Nadya ketika berbincang dengan semua orang. Jadi, maksud pembicaraannya dapat tersampaikan dengan tepat dan baik. Di sekolah, Nadya diajarkan cara memahami pembicaraan dengan membaca gerakan bibir (oral) lawan bicaranya, menggunakan BISINDO atau ] keduanya.
Pada momen liburan, aku selalu menyempatkan diri dan meluangkan waktu menemani Nadya. Pak Jafar seorang guru yang selalu memotivasi Nadya. Ditha dan kedua orang tuanya juga seringkali mengunjungi Nadya
Nadya semakin mahir menggunakan BISINDO. Hasratku membantu Nadya menjadikanku terampil berbahasa isyarat. Komunikasi kami pun semakin lancar dan lebih sering. Rasa percaya diri Nadya mulai tumbuh karena ia mampu mengutarakan pendapatnya dengan lugas dan efektif. Kami pun bersyukur dan bahagia dengan perkembangan Nadya. ***