Ditulis oleh: Ema Zakiyyah Annawariyyah
Ketenangan itu datangnya dari Allah, sedangkan ketergesa-gesaan itu datangnya dari setan.
Hari ini permainan sepak bola kami sangat seru. Pakaian dan tubuhku penuh lumpur karena lapangan sepak bolanya sedang becek bekas hujan kemarin. Terlihat Ustaz Irfan sudah berjalan menuju masjid yang berhadapan dengan lapang bola. Kalau Ustaz Irfan sudah ke masjid, pasti sebentar lagi Azan berkumandang.
Aku berlari menuju rumah. Sesampai di rumah, langsung menuju kamar mandi lewat pintu belakang. Aku takut Umi melihatku.
Alhamdulillah, sampai selesai ganti baju aku tidak melihat Umi. Sekarang aku harus bergegas pergi ke masjid. Aku pun berlari ke luar.
“Dug …” kepalaku menabrak tubuh Umi yang tengah berdiri di pintu pagar.
“Astagfirullah, Zaki … mengapa lari-lari?” tanya Umi kaget.
“Maafkan Zaki, takut keburu azan nih,” kataku tidak menghiraukan Umi.
“Aduh, sakit …” ujarku berteriak setelah kakiku membentur batu.
“Kenapa Zaki?” tanya Umi bergegas menghampiriku.
“Innalillahi … kakimu berdarah.”
Umi mengangkat badanku. Aku dipapahnya ke dalam rumah. Dibersihkannya lututku yang terluka, kemudian diolesi dengan obat merah.
“Zaki, kalau mau ke masjid, jangan lari-lari karena takut ketinggalan salat berjemaah. Seharusnya sebelum azan, kamu harus sudah siap-siap pergi ke masjid. Jadi, ketika azan berkumandang, kamu sudah di masjid. Salat kamu pun akan khusyuk,” jelas Umi.
“Iya, Umi. Maakan Zaki,” ucap Zaki.
“Ya sudah, sekarang salatnya di rumah saja. Kalau sudah salat Magrib, makan dulu terus ke masjid untuk salat Isya,” kata Umi sambil menuju ke kamar mandi untuk berwudu. ***