Ditulis oleh: Sutarmanto, M.Pd.
Berkaryalah walaupun dengan
bahan yang sangat sederhana
Sepulang sekolah, Tarjo berjalan kaki bersama Adi, sahabat karibnya.
“Oh ya, besok kan ada pelajaran keterampilan, apa kamu sudah membuat kerajinan tangan yang ditugaskan Pak Guru minggu lalu?” tanya
Adi.
“Ya ampun, untung kamu mengingatkan. Kalau tidak, pasti besok aku kena hukum Pak Guru!” kata Tarjo.
Tak terasa sampailah di persimpangan jalan ke rumah Tarjo dan rumah Adi.
Setelah ganti baju dan makan, Tarjo teringat akan kerajinan tangan yang belum dibuatnya.
“Oh ya, sebaiknya aku buat pensil dari ranting bambu saja, pasti tidak ada yang menyamai karyaku. Kebetulan, pensilku sudah pendek,” kata Tarjo.
Ia kemudian mencari ranting bambu kering di kebun belakang rumah. Dicarinya dua ranting bambu kering yang lubangnya kira-kira muat dengan pensilnya yang patah dan satunya lubang yang agak besar. Dengan hati-hati, ia memotong ranting itu seukuran panjang pensil baru dan menyambungkan pensilnya yang patah ke dalam lubang ranting bambu itu. Ternyata agak susah, lantas ia meruncingkan patahan pensilnya. Ranting yang lubangnya agak besar dibuatnya tutup pensil menyerupai tutup pena. Maka jadilah pensil bambu.
Setelah itu, Tarjo mengukir pensil bambunya dengan bara dari batok kelapa. Sekarang pensil bambunya selesai dengan ukiran namanya dan gambar kepala burung garuda. Kemudian Tarjo mengamplasnya, lalu diolesi oleh sisa pernis yang biasa dipakai ayahnya untuk memernis mebel. ***