Ditulis oleh: Kristina Indraswari
“Lontong balap makanan khas Surabaya yang sangat lezat.”
“Lon … tong ba … lap. Mama … ada lontong balapan!” Keke menarik tangan mamanya dan menunjuk tulisan yang baru dibacanya. Mama dan Keke sedang di mal. Setelah belanja, mereka berencana membeli makan siang di tempat makan mal tersebut.
“Anak pintar! Bisa membaca tulisan itu. Itu namanya lontong balap, bukan lontong balapan,” sahut Mama tersenyum.
“Keke mau makan itu? Yuk, kita pesan. Mama juga sudah lama tidak makan lontong balap,” ujar Mama. Keke mengangguk dan Mama segera
memesan satu porsi.
“Ma, namanya lucu, ya. Memangnya lontongnya balapan?” tanya Keke dengan wajah yang lucu. Lalu Mama tertawa.
“Yang Mama tahu, makanan ini khas dari Surabaya. Dulu
yang balapan bukan lontongnya, tapi penjual lontongnya
supaya cepat sampai ke pasar dan berjumpa dengan para pembelinya. Jadi, disebutnya lontong balap deh,” kata Mama tersenyum.
Lontong balap yang mereka pesan pun diantar oleh pelayan.
“Coba dilihat apa saja isinya, Ke?” tanya Mama. Keke segera mengambil sendok dan menyentuh makanan tersebut.
“Ini lontong, tahu, dan taoge. Aku suka!” kata Keke sambil menyendok dan mau menyantapnya.
“Eh, doa dulu!” pinta Mama
“Oh, iya.” Keke langsung berdoa.
“Ammm … enak. Ada kecapnya.” Mama juga jadi ikut makan.
Keke memang anak pintar. Sayur dan lauk selalu dilahapnya. Seporsi lontong balap habis tanpa sisa. Lontong balap memang enak! Coba deh. ***