Ditulis Oleh: Rusmayani Abidin
Meminta maaf adalah kewajiban bagi yang bersalah, tapi ketika tidak dimaafkan, bersabarlah.
Pulang sekolah, tak seperti biasanya Salma langsung menuju kamar. Ia tak memedulikan Uma yang tergopoh-gopoh menyambut kedatangan putri semata wayangnya.
“Brak ….” Pintu kamar Salma ditutup kencang.
Uma yang sedari awal mau menyambut kedatangan putri tercinta, hanya termangu di depan kamar Salma sambil mulutnya komat-kamit beristigfar.
“Astagfirullah hal adzim … ampuni dan beri kesabaran kepada anakku, Salma,” ucap Uma dengan lirih.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Azan asar berkumandang. Uma mengetuk pintu kamar Salma dan mengajaknya salat Asar berjemaah. Salma mengikuti Uma mengambil wudu dansalat Asar berjemaah. Selesai salat dan zikir, Uma meraih tangan Salma sambil tersenyum manis.
“Salihahnya Uma … cerita dong, apa yang membuat bahagia hari ini di sekolah?” tanya Uma.
“Bahagianya ada, tapi kesalnya juga ada, Uma,” jawab Salma.
“Sabrina kemarin ke sekolah membawa mainan bola kaca. Katanya hadiah dari tantenya. Aku pinjam mainan itu. Waktu dikembalikan, bola kaca itu jatuh. Aku minta maaf, tapi Sabrina tidak mau memaafkan,” keluh Salma.
“Tadi aku minta maaf lagi, tapi Sabrina diam saja,” lanjut Salma.
“Yang sabar, Sayang. Tugas kita ketika bersalah adalah mengakui kesalahan dan meminta maaf. Jika belum dimaafkan, jangan bersedih, yang penting sudah meminta maaf, menunjukkan penyesalan, dan memperbaikinya,”ujar Uma penuh pengertian. ***