Ditulis Oleh: Aisyah Althafia Pu
Azan subuh berkumandang. Segera aku menuju kamar mandi yang hanya satu di rumahku. Aku harus antre karena ada Ayah di dalam kamar mandi. Ketika giliranku tiba, seperti biasa, Kakak hendak mendahului dan membuatku mengalah.
Namun, aku ingat pesan Ayah semalam saat berkeluh kesah. Ayah menyarankan agar aku berani dan tangguh dalam mempertahankan hak dengan baik. Aku pun memberanikan diri dan berkata, “Maaf, Kak, aku mengantre lebih dulu, maka aku yang masuk kamar mandi setelah Ayah. Aku akan mandi dengan cepat agar Kakak tidak menunggu lama.”
Sambil menggaruk kepala, Kakak menjawab, “Baik, jangan lama-lama, ya!” Wah, Ayah benar, ternyata berani dan tangguh itu mudah. Setelah mandi, salat, dan sarapan, aku berangkat sekolah. Saat masuk kelas, temanku yang tinggi besar berkata, “Sini, aku lihat PR-nya! Aku lupa mengerjakan!”
Uuugh … selalu seperti itu. Namun, aku ingat pesan Ayah. Ya, kali ini aku harus berani menolaknya. Dengan lembut aku berkata, “Maaf, seharusnya PR dikerjakan sendiri agar lebih paham dengan pelajaran yang guru berikan. Sebaiknya, saat pulang sekolah segera kamu kerjakan supaya tidak lupa!”
“Pelit!” ejek temanku marah.
Aku tersenyum karena berani menghadapinya. Ternyata, seperti kata Ayah, berani dan tangguh itu mudah. Mulai sekarang, aku berjanji akan menjadi anak baik, berani, dan tangguh. ***