Ditulis Oleh: Wiji Semi
Jadi apa pun engkau kelak, jadilah juga orang yang bertakwa kepada tuhanmu.”
“Kruyuk ….”
“Sabar, ya.” Syifa mengelus perutnya yang berbunyi.
“Ceklek …” Bunda mematikan kompor, lalu menuang masakannya ke piring berwarna putih.
“Syifa, tolong bantu Bunda, Nak,” ucap Bunda lembut.
Syifa melompat dari kursi sembari bersorak gembira, lalu menghampiri Bunda untuk membantu membawakan piring ke meja makan.
“Terima kasih, Bunda, sudah memasakkan makan siang untuk Syifa,” ucap Syifa sembari mengambil nasi di penanak nasi. Bunda menjawabnya dengan senyuman.
“Tadi di sekolah, Bu Guru menanyakan cita-cita, Bun. Syifa menjawab ingin menjadi guru,” ucap Syifa antusias.
“Kenapa ingin menjadi guru, Nak?” tanya Bunda penasaran.
“Guru itu keren, Bun. Syifa jadi tahu banyak ilmu karena Bu Guru,” ucap Syifa dengan nasi yang memenuhi mulutnya.
“Bu Guru juga pernah mengatakan, guru itu pekerjaan yang mulia, Bun,” lanjut Syifa. Bunda tersenyum, “Masyaallah, betul sekali, Nak. Guru itu pekerjaan surga.” Syifa menghentikan kunyahan makanannya, lalu memandang heran ke arah Bunda,
“Pekerjaan surga?” Bunda mencondongkan badannya ke depan dan menyilangkan kedua tangannya di atas meja, “Ilmu yang guru berikan kepada siswa akan menjadi amal jariah, dan kalau mengajarnya dengan ikhlas, insyaallah, berkah di dunia dan akhirat, Nak.” Mata Syifa berbinar, “Mulai sekarang, Syifa akan belajar dengan rajin. Insyaallah, Syifa bisa menjadi guru,” ucap Syifa penuh semangat. ***