Ditulis Oleh: Sri Wachju Embun Waty
Saim tidak punya sepeda, ponsel, tas yang bagus, sepatu merk Nike, akan tetapi semangat belajar dan mengaji sangat tinggi. Suatu hari seperti biasa dia berangkat ke sekolah berjalan kaki. Nanda dan Diran bersepeda, Nitya dibonceng ayahnya naik sepeda motor. Tiba tiba Qosim berhenti di sampingnya.
“Ayo Saim, naiklah di belakangku, nanti kau terlambat.”
“Biarlah aku berjalan kaki saja, Qosim,” jawab Saim agak malu-malu.
“Ayolah, aku kan temanmu, tak perlu malu begitu,” desak Qosim.
Akhirnya Saim duduk di belakang Qosim. Qosim mengayuh sepedanya sambil bertanya pada Saim.
“Mengapa kamu tidak naik sepeda saja berangkat ke sekolah? Jalan kan capai, Saim?”
“Aku kan tidak punya sepeda, Sim?”
Seminggu kemudian, Saim dipilih sekolah untuk mewakili Lomba Mengaji Surat Pendek Tingkat Kabupaten. Berkat kepiawaiannya mengaji, Saim juara satu dan mendapat hadiah sepeda dan ponsel dari Bupati. Selain itu, Saim juga juga mendapat uang tabungan di bank sejumlah satu juta rupiah. Alhamdulillah. ***