Ditulis Oleh: Endang Fatmawati
Namaku Farzana. Aku kelas tiga SD. Ibu selalu menyiapkannya teh manis, minuman kesukaanku.
Biasanya aku minumnya tanpa sedotan. Semenjak Ibu mulai mengandung adikku, Ibu mengajariku agar bisa mandiri. Belajar menyuap makanan sendiri, mandi sendiri, termasuk membuat minum sendiri.
He … he …. tak heran ketika pertama kali membuat minum, rasanya kurang manis. Namun, tidak apa-apa karena aku masih belajar. Ibu pun memakluminya.
Pada saat makan, aku biasanya sambil menonton TV. Ibu menyediakan camilan. Jadilah meja belajar penuh dengan buku, makanan, dan minuman.
Suatu sore ketika makan, tanpa sengaja siku tanganku menyenggol gelas. “Praak!” segelas teh jatuh ke lantai. Gelas pecah dan aku panik. Muncul perasaan bersalah dan takut dimarahi Ibu.
Wow, ternyata di luar dugaan, Ibu justru mendekat dan menenangkanku. Ibu berkata, “Sudah, ndak apa-apa, segera dilap dan jangan panik!”
Ya itulah Ibu. Beliau sosok yang sabar dan lembut. Jarang sekali marah, tetapi justru selalu menasihati. ***