Ditulis Oleh: Anastasia Dwi Riniwintarsih
Meyla meletakkan kertas ulangan Matematika di meja belajarnya. Dilihatnya angka merah di kertas itu dengan perasaan sedih.
“Seandainya aku belajar lebih serius dan tidak asyik bermain game,” kata hati Meyla. Meyla menghela napas panjang.
“Pulang sekolah itu mandi, Sayang, bukan ngamar,” kata Mama.
“Ya, Ma,” kata Meyla.
“Loh, suara anak Mama kok menghilang? Biasanya rame, cerita banyak hal.”
“Iya, Ma. Aku lagi tidak semangat.”
“Kenapa?”
Meyla pun menceritakan hal yang terjadi.
“Jadi itu yang membuat hati anak Mama sedih?” Meyla mengangguk tak semangat.
“Yang penting Meyla menyadari kesahannya dan tidak akan mengulangi lagi,” kata Mama.
“Tapi Meyla sedih, Ma, karena nilai Meyla merah.”
“Sedih boleh, tapi jangan berlarut-larut dan jangan terlalu lama,” kata Mama sembari memeluk Meyla.
Meyla membalas pelukan Mama.
“Terima kasih, Ma,” ucap Meyla sembari tersenyum. ***