Ditulis Oleh: Isum Suminar, S.Pd.I.
Setiap hari Khaidir pergi belajar mengaji bersama teman-temannya. Saat belajar mengaji, ia kelihatan senang dan semangat, serta mendengarkan apa yang disampaikan oleh ustaz.
“Anak-anak, teruskan membaca Al-Qur’an di rumah!” kata ustaz.
Khaidir memang agak malas kalau membaca Al-Qur’an di rumah, beda sekali dengan membaca Al-Qur’an bersama teman-teman disaksikan ustaz. Apalagi di rumah, ia mengerjakan PR sekolah juga membantu orang tuanya, yang menurutnya itu juga perbuatan baik.
Tugas dari ustaz untuk membaca Al-Qur’an di rumah dirasa sangat memberatkan. Bunda sudah tahu, dan malah akan menyuruhnya terus. Berharap Bunda lupa, tapi tak mungkin lupa, karena bunda pun setiap hari membaca Al-Qur’an.
“Khaidir, baca dulu Al-Qur’an!” Terdengar bunda berbicara dari kamar.
“Iya, Bun,” jawab Khaidir pelan.
“Kenapa harus terus membaca Al-Qur’an?” tanya Khaidir.
“Cinta Al-Qur’an itu karena Allah, sehingga kita bersemangat untuk membacanya,” jawab bunda sambil tersenyum.
Khaidir pun mengerti bahwa cinta Al-Qur’an karena Allah akan membuatnya tidak malas lagi membaca Al-Qur’an, di mana pun, kapan pun, atau sendirian pun. ***