Ditulis Oleh: Dra. Dyah Dhomi Eko Wulandari
Rintik hujan tak mampu meninabobokan Alif. Setelah selesai menyelesaikan PR Matematika pelajaran yang disukainya. Malam ini Alif mengasah keterampilannya menembak dengan pistol mainan, di tengah permainan Alif merasa lapar.
“Mak Yem masak apa?” sembari jalan menuju dapur, “Ada sayur tolo dan tempe, Mas Alif, monggo,” kata Mak Yem telah menyiapkan.
Begitu lahap Alif menghabiskan makanannya. Usai makan terlihat Alif kepayahan dan kekenyangan, matanya menyipit menguap dan menuju tempat tidur.
Sepulang dari sekolah langsung mengambil pistol air dan panahnya untuk bermain di depan parit rumahnya. Sepulang dari bermain Ibu dan Ayah melihat Alif dalam keadaan kotor baju dan tubuhnya.
“Alif, kamu bermain di mana? Bajumu kotor, mukamu duh kotor sekali,” kata Ibu penuh kecemasan.
“Hati-hati kalau bermain pistol-pistolan dan panahan, kalau lena sedikit maka sangat bahaya apabila kena mata, nggak ingin kan Mas Alif celaka,” jelas Ayah kepada putranya. Sejak saat itu Alif berjanji tidak akan bermain yang membahayakan dirinya. ***