Ditulis Oleh: Ana Mariawati
“Kamu gimana sih, begitu saja tidak bisa, itukan gampang!”
“Maaf Nabil, aku belum bisa menangkap bola itu, sebab kakiku sakit,”
“Ah! Alasan kamu!” bilang saja tidak bisa main sepak bola! Gara-gara ulahmu tim kita jadi kalah!” gerutu Nabil marah.
“Irfan tidak bisa memasukan bola ke gawang karena kakinya sakit, Nabil,” Kevin menjelaskan.
Nabil tetap bermuka masam. Tim futsal kalah tipis. Skor 3-2 untuk kesebelasan lawan.
“Kenapa Nabil kok mukamu cemberut?” tanya Ayah menghampiri. Lalu Nabil pun menceritakan kejadian saat futsal tadi dengan penuh emosi. Ayah pun tersenyum lalu berkata, “Nabil, kalau mau jadi pemain handal, atur dahulu emosimu.
Jangan selalu marah jika kenyataan tidak sesuai harapanmu. Jangan pula kamu menyalahkan orang lain. Sebab kita harus memahami keadaan orang lain. Saat itu Irfan kakinya sakit. Wajarlah kalau ia tidak bisa menangkap bola. Andai Nabil seperti Irfan pasti tidak nyaman.”
“Ya sudah, minta maaf pada temanmu, terutama kepada Irfan. Doakan agar kakinya lekas sembuh dan bisa bermain futsal lagi.”
Nabil pun menghampiri Irfan dan teman-temannya. “Maafkan aku Irfan,”
“Janganlah marah, maka bagimu surga,” ujar Kevin sambil tersenyum. ***