Ditulis Oleh: Muhammad Arif Maulana
Suatu hari, Didi, Dudu, dan Dodo belajar bersama. Didi belajar matematika. Dudu belajar menggambar. Dodo belajar menulis.
Didi kebingungan dengan tugasnya. Dia tak pandai matematika. Nilainya rendah dalam matematika. Tapi Didi jago menggambar. Nilainya dalam menggambar selalu bagus.
“Aduh, aku bingung!” ucap Didi.
“Bingung kenapa?” tanya Dudu menanggapi Didi.
“Ini loh, katanya, berapa hasil dari 10 dikali 2 dikurang 5. Kamu tahu jawabannya Dudu?”
“Oh, gampang. Bayangkan kamu punya 10 apel, lalu tiap apel dibelah jadi 2. Kemudian kakakmu makan 5 potong apel. Nah, coba hitung sisa berapa apelnya?”
“Kamu kalau nggak tahu, kenapa nggak nyontek aja sih?” tanya Dodo kepada Didi.
“Nggak bisa. Mamaku bilang menyontek itu sama dengan berbohong,” jawab Didi.
“Bener banget, Didi. Lebih baik bertanya. Karena orang menyontek cuma tahu jawabannya.
Bukan caranya. Padahal yang penting itu cara mendapatkan jawabannya. Bukan jawaban itu sendiri,” tambah Dudu.
Dodo memberikan tepuk tangan kepada Dudu.
“Tumben Dudu pinter,” balas Dodo.
Dudu pun bertanya tentang apa yang tidak dia pahami. Meski Dudu bisa matematika, tapi Dudu tidak jago menggambar.
Akhirnya Didi, Dudu, dan Dodo sepakat, bahwa bertanya adalah solusi jika tidak memahami sesuatu. ***