Ditulis Oleh: Witry F. Ikhwayuni
Suara kicau burung silih berganti menyambut pagi yang cerah. Bahkan si paruh ini terlihat melintas di depan rumah saling manyaut mencicit terdengar begitu nyaring.
Bukannya terganggu, tapi Calista nama gadis itu sadar bahwa mereka pun siap menyapa pagi yang begitu sibuk berjuang mencari makan untuk anak-anaknya yang bersarang entah di mana.
Senyum Calista pun tersungging mengingat hari ini adalah awal mulanya masuk sekolah ajaran baru. Dengan penuh semangat Calista memakai seragam terbarunya yang menandakan bahwa ia tengah masuk sekolah menengah. “Putih biru akhirnya semangat …!!” dengan lantang dikumandangkan Calista disertai senyuman yang berseri-seri.
“Calista … sudah siap, Nak!” tiba-tiba terdengar suara sang Ibu memanggil yang kemudian menyadarkan Calista bahwa hari sudah siang.
“Iya, Bu, sudah siap kok,” jawab Calista sambil berjalan membuka pintu kamar.
Setelah sarapan dan berpamitan pada ibunya Calista berangkat sekolah. Senyum ceria Calista tidak pernah padam setiap berpapasan dengan teman-temannya Calista selalu ramah pada siapa pun. Setiap ada teman yang meminta bantuan pasti Calista akan senang membantunya. Namun di setiap kebaikan pasti ada saja dari sekian banyak orang yang berperilaku sebaliknya, ada yang sombong, tidak sopan, dan berbagai perilaku buruk lainnya.
Pada suatu hari di tengah perjalanan pulang. Calista bersama temannya melihat Vika salah satu teman sekelasnya tengah di rundung oleh sekawanan siswa dari sekolah lain, padahal kalau di sekolah Vika terkenal karena kesombongannya dan tidak pernah ramah pada teman yang bukan dari sirkelnya dia. Dengan Langkah cepat Calista bersama temannya membantu Vika, setelah melihat kami sekawanan siswa yang tengah merundung tersebut lari terbirit-birit.
“Vika kamu tidak apa-apan kan?” tanya kami serentak karena saking khawatirnya.
“Terima kasih karena sudah membantuku,” dengan kepala menunduk malu-malu Vika mengucapkan terima kasih.
“Tidak masalah kok, kau kan teman kami juga, yang penting jadilaknlah pelajaran atas kejadian tersebut ya? Ayo kami antar kamu pulang.”
Dengan senyuman Calista menawarkan bantuan untuk mengantar Vika pulang.
Setelah kejadian perundungan tersebut akhirnya sikap Vika berubah tidak ada lagi Vika yang sombong dan tidak ramah. Senyuman Calista terbit melihat keadaan kelas yang begitu kondusif dan saling membantu di setiap ada kegiatan sekolah. ***