Ditulis oleh: Prapti Wahyuni, S.Pd.
Siang itu, saat Alia pulang sekolah wajahnya tampak ketakutan dan berlari sangat
kencang. Bundanya tampak bingung melihat raut muka Alia.
“Ada apa, Sayang?” tanya Bunda dengan lembut.
“Itu, Bun … itu Bun ….” Dengan napas yang tidak beraturan Alia mencoba untuk
menceritakan apa yang dialaminya kepada bundanya.
“Tenang Sayang, sekarang kamu duduk, tarik napas, dan minumlah dulu!”
“Terima kasih, Bunda.”
Akhirnya Alia mulai bercerita tentang apa yang dialaminya saat di perjalanan pulang sekolah bersama-sama teman-temannya.
“Bunda, tadi saat aku pulang sekolah bersama Shakila, Kayla, dan Barra, kami sedang asyik ngobrol, di ujung gang sana tiba-tiba ada seorang Om-om yang minta tolong kepada kami untuk dibukakan celana panjangnya dan sambil tangannya menunjuk-nunjuk alat kemaluannya. Karena kami tidak ada yang berani mendekatinya, maka kami pun lari sekencang- kencangnya sambil sesekali menengok ke belakang. Tapi rupanya orang itu tidak mengejar kami, hanya nampak senyum-senyum dan manggut- manggut.”
Begitulah Alia menjelaskan kepada bundanya sambil masih tampak sedikit gemetar.
“Astaghrullah, rupanya itu yang kalian alami. Yang kalian lakukan sudah benar, Sayang. Jika kalian menghadapi orang seperti itu lebih baik menjauh semampunya, karena orang itu mempunyai kelainan. Biasanya orang yang mempunyai kelainan seperti itu dia tidak mengejar sasarannya namun dia akan merasa puas jika sudah berhasil membuat orang lain ketakutan apalagi sampai teriak-teriak,” jelas Bunda Alia.
“Alhamdulillah kalian tidak kenapa-kenapa dan selamat sampai di rumah. Semoga kalian senantiasa dalam lindungan Allah di mana pun berada dan dijauhkan dari segala macam mara bahaya.” ***