Ditulis oleh : Nur Arifah Rory, S.Pd.
Bisa melakukan sesuatu sendiri
tanpa bantuan orang lain
akan membuat bangga orang tua
dan diri sendiri.
Mentari tersenyum di balik gorden kamar. Wajah imut Caca merasa terganggu dengan belaian lembut sinarnya. Caca membuka mata, ternyata sudah pagi. Gadis kecil itu masih bermalas-malasan ketika Mama masuk ke dalam kamarnya.
“Ayo, bangun! Sudah siang, malu sama Pusi,” kata Mama sambil membelai wajah putri bungsunya. Kucing yang bernama Pusi itu mengeong karena mendengar namanya dipanggil.
“Pusi …” ucap Caca melepaskan selimut dari tubuhnya dan mengelus kucing yang datang menghampirinya.
“Ayo, cepat mandi. Nanti bisa terlambat ke sekolah!” seru Mama membantu Caca melipat selimutnya.
“Ma … beliin Caca selimut kecil, dong,” pinta Caca sambil turun dari tempat tidur.
“Untuk apa?” tanya Mama heran.
Caca tersenyum malu, lalu menjawab, “Biar Caca bisa melipat sendiri.”
“Oke,” ujar Mama.
Caca mengambil handuk, lalu pergi mandi. Setelah mandi, Caca mengenakan seragam sekolah yang sudah disiapkan mamanya. Semua dilakukannya sendiri karena Caca anak yang mandiri.
Sebelum berangkat sekolah, Caca sarapan agar di sekolah tidak jajan lagi. Pesan Mama, jangan jajan sembarangan karena banyak jajanan yang tidak sehat. Sekarang, kalau makan, Caca tidak lagi disuapi, dia sudah bisa makan sendiri. Dulu semuanya dibantu Mama. Kakak-kakaknya bilang kalau Caca anak yang manja. Setelah sekolah di TK, Caca belajar melakukannya sendiri. Caca bangga kepada dirinya, begitu juga orang tuanya karena Caca jadi anak mandiri. ***