Ditulis Oleh: Tjutju Herawati, S.Pd.
“Penjelajah adalah orang yang menjelajah.”
Hai, namaku Bani. Umurku sembilan tahun. Aku mempunyai seorang Ayah dan Ibu yang sangat menyayangiku. Mereka sering bercerita tentang masa kecilnya dan pasti itu sangat seru. Aku suka mendengarnya, sampai aku tertidur lelap di pangkuan ibuku.
Suatu ketika ayahku bercerita tentang petualangannya saat Pramuka. Beliau menjelajah alam bersama pasukannya. Sejak SMP, ayahku sering bertualang, seperti menjelajah alam, menyeberangi sungai, menaiki tebing, turun tebing, kemping, bahkan mendaki gunung. Aku membayangkan begitu serunya bertualang seperti Ayah. Sampai suatu ketika, Ayah pernah berjalan kaki dari Ciamis, tempat kami tinggal menuju Pangandaran yang memerlukan waktu dua hari di perjalanan.
Ayah cerita banyak sekali pengalaman di sana. Bisa melihat indahnya alam ciptaan Tuhan, hijaunya pepohonan, udaranya yang sejuk dan segar,
serta ramainya kicauan burung di sepanjang penjelajahan. Dengan perbekalan yang cukup, penjelajahan pun berhasil. Rasa lelah tergantikan dengan banyaknya pengalaman. Kata Ayah, meski kakinya melepuh, tapi tetap terobati oleh indahnya petualangan.
Aku jadi berpikir, seru sekali ya bisa menjelajah alam dan mengenal banyak ciptaan Tuhan. Bagaimana jika aku bisa menjelajah dunia? Wah … tentu akan lebih banyak pengalaman di sana. Tidak hanya musim hujan dan kemarau, tetapi bisa merasakan empat musim yang merupakan karunia Tuhan. Tentu banyak pelajaran di sana. ***