Ditulis Oleh: Frans Nawlasa
Saat melakukan kesalahan (meski tanpa sengaja), segera minta maaf. Kesalahan sekecil apa pun dapat berakibat serius.
Telaga Wekaburi terletak di Desa Werabur, Kecamatan Windesi, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Konon, sebelum berubah menjadi Telaga Wekaburi, tempat tersebut adalah sungai kecil yang jernih airnya. Di sekitar sungai itu, tinggal suku Wekaburi. Suku ini membangun rumah-rumah panggung di atas aliran sungai.
Suatu hari, ada pesta adat yang sangat meriah. Penduduk desa makan, minum, dan menari tanpa henti. Seorang Nenek datang bersama cucu perempuannya, Isosi dan anjing peliharaan mereka. Saat pesta berlangsung, ada orang yang menginjak ekor anjing mereka. Orang itu tidak meminta maaf, justru menyalahkan sang Nenek.
Sang Nenek marah kemudian menutupi anjingnya dengan kain. Hal itu melanggar adat karena dapat menimbulkan bencana besar.
Nenek ingin memberikan pelajaran kepada orang yang menginjak anjingnya. Nenek bersama Isosi dan teman Isosi bernama Asya, serta anjingnya segera melarikan diri ke Gunung Ainusmuwasa.
Dari atas gunung, tampak awan gelap disertai petir dan guntur mulai memenuhi langit. Tak lama kemudian, turun hujan sangat deras.
Orang-orang masih asyik berpesta. Mereka baru menyadari adanya bahaya saat banjir mulai datang. Namun terlambat, air naik dengan
sangat cepat sehingga menenggelamkan seluruh desa dalam sekejap. Tak ada satu pun rumah yang tersisa. Sungai yang tadinya kecil berubah
menjadi telaga luas yang disebut Telaga Wekaburi. ***