Ditulis oleh: Taffaty Rafalifah Ohanna
Jika mengajak anak balita ke
tempat umum, bekali secarik
kertas di saku bajunya, bertuliskan
identitas anak dan orang tua. Hal
itu untuk antisipasi jika terpisah.
Rasyi begitu bersemangat pagi ini. Sepatu dan tas kecil sudah disiapkannya sejak bangun tidur tadi. Hari ini Ayah akan mengajaknya ke toko buku, sebuah mall yang terkenal di kotanya. Suasana cukup ramai walaupun dalam keadaan pandemi, mungkin karena bertepatan dengan libur sekolah dan akhir tahun. Protokol kesehatan diberlakukan dengan ketat dan semua memakai masker.
Sesampai di toko, Rasyi menyusuri rak buku dongeng. Dia mencari dongeng bersambung kesukaannya. Tidak jauh dari tempatnya, terdengar isak tangis. Rasyi menghampiri suara itu.
“Hai, kenapa kamu menangis?” tanya Rasyi sambil membungkuk.
“Mama … hu hu … Mama ….” Hanya itu yang keluar dari mulut mungil anak kecil itu.
“Kamu sama siapa ke sini? Apakah sama Mama, di mana mamamu?” sederet
pertanyaan hanya dijawab dengan gelengan sambil terus menangis.
“Oke, sepertinya kamu terpisah dari mamamu, tenang ya Sayang! Kakak bantu temukan mamamu.” Rasyi menggandeng tangan balita malang itu. Rasyi mengajak berkeliling dan berharap anak kecil ini bisa
melihat mamanya.
Mereka menuju counter informasi yang berada tidak jauh dari toko buku. Rasyi melaporkan kepada petugas. Dia menceritakan permasalahan dan
menyebutkan ciri-ciri yang diperlukan. Kemudian segera terdengar pengumuman berita anak hilang di dalam mal. Tak lama, seorang Ibu muda datang tergopoh-gopoh. Akhirnya balita tadi bertemu mamanya
kembali. Mamanya sangat bahagia dan mengucapkan terima kasih kepadaku. Anak kecil itu pun sudah bisa tersenyum lagi. Rasyi
merasa lega. Dia kembali mencari buku kesukaannya. ***