Ditulis Oleh: Nurfatuh
Secercah sinar mentari menemani pagi. Aku sangat bersemangat, terlihat dari aura mimik wajahku yang selalu sumringah menatap indahnya pagi. Aku bergegas mengambil handuk yang ternyata telah disiapkan oleh Ibu di depan pintu kamarku. Selesai bersiap-siap, Ibu mengajakku sarapan bersama, namun ada yang berbeda dari raut wajah Ibu pagi ini, terbersit dalam pikiranku untuk bertanya padanya.
Kumelangkah menuju kamar Ibu, kulihat ibuku terbaring dengan mata sayu. Aku tidak mengerti gejolak dalam hatiku, seketika kurasa sesak dirongga dada melihat Ibu.
“Ibu sakit?” tanyaku.
Ibu hanya mengedipkan mata. Tak sadar air mataku mengalir, ibuku yang biasanya riang dan hangat setiap harinya tiba-tiba terbaring tak berdaya.
“Tiar sayang kenapa menangis?”
Aku sesegukan tak mampu aku jawab tanya dari ibuku.
“Sayang … Ibu tidak apa-apa Nak, Tiar jangan menangis, Ibu hanya butuh istirahat.”
Kemudian aku pamit untuk salat Zuhur sebentar, tidak sabar rasanya ingin aku bersujud dan mohon pada Allah agar menguatkan raga ibuku dan menyehatkan beliau kembali.
Tangisku pecah lagi, dalam sujud kumohon untuk kesehatan, keselamatan serta umur yang berkah untuk ibuku.
Semenjak dua tahun lalu Ayah meninggalkan kami berdua, ibukulah yang selalu menjadi Ibu sekaligus Ayah bagiku. Semoga Allah mengabulkan doaku meraih cita-cita dan berbakti kepada ibuku … Aamiin …! ***