Ditulis Oleh: E. Hasanah
Halima belum batal puasanya di hari kesepuluh bulan Ramadan. Walaupun terlihat lapar dan lemah, dia berusaha agar puasanya sampai magrib tiba. Dia berniat puasa sebulan penuh meskipun Halima masih berusia delapan tahun. Ayah dan ibunya bangga.
“Halima, puasanya belum batal ya,” kata Ibu sambil memeluk Halima.
“Iya, aku ingin dicintai Allah, Bu,” jawab Halima.
“Betul itu. Allah pasti mencintaimu. Halima tahu ya, bagaimana orang yang dicintai Allah itu?” lanjut Ibu.
“Tadi aku belajar tentang puasa. Kata Ibu Guru, kalau ingin dicintai Allah, maka apa yang dipelajari harus diamalkan. Aku juga tidak mau ketinggalan salatnya. Aku yakin Allah Maha Melihat dan Memperhatikan sepanjang waktu, Bu,” ujar Halima.
“Wah, pintar ya. Ibu senang mendengarnya. Nanti Ibu belikan baju lebaran yang bagus kalau Halima tamat sebulan puasanya,” kata Ibu.
“Alhamdulillah, Ibu harus mendoakan aku agar kuat puasanya,” timpal Halima.
“Tentu Ibu pasti mendoakanmu, anak salihahku,” jawab Ibu dengan sumringah. **