Ditulis Oleh: Siti khusnul khotimah, S.Pd.
“Bertanya atau memperhatikan cara sebelum memegang benda berbahaya itu penting agar terjaga keselamatan jiwa raga.”
Gelas itu tertata rapi di tempatnya. Udin mengambil satu, kemudian menuangkan teh hangat ke dalamnya. Dia melanjutkan membaca dengan memegang gelas. Bunda duduk di sampingnya. Uap teh cukup menggoda.
“Udin, harum sekali tehnya,” ujar Bunda.
“Iya, Bunda suka? Udin buatkan, ya?” sahut Udin beranjak ke meja makan.
“Terima kasih. Hati-hati, ya!” lanjut Bunda. Udin menyerahkan segelas teh hangat kepada Bunda. Tiba-tiba Meo melompat mengejar tali kerudung Bunda.
“Subhanallah … Meo … Bunda terkejut ini,” kata Bunda.
“Syukur gelasnya tidak jatuh, Meo!” sambung Udin terbelalak.
Meo melongo. Suaranya pelan seakan meminta maaf. “Meong..meong..”
Bunda dan Udin menghabiskan tehnya kemudian meletakkan gelas di meja.
“Gelas-gelas kaca ini mudah pecah ya, Bunda?” tanya Udin.
“Iya. Karena mudah pecah, kita harus berhati-hati.”
Meo kembali melompat-lompat. Dia naik ke meja dan menabrak dua gelas.
“Praak!” Suara satu gelas menggelinding ke lantai.
“Hati-hati, gelasnya pecah!” seru Udin sambil memegang Meo yang berbulu tebal. Bunda mendekat dan mengambil plastik untuk membungkus gelas yang pecah. Udin memperhatikan cara Bunda membereskannya.
“Bunda, hati-hati mengambilnya agar tangannya tidak terluka.”
“Iya, Udin tolong bantu ambilkan lap, ya!” pinta Bunda. Udin turut membersihkan pecahan gelas dengan sangat hati-hati pula. ***