Ditulis Oleh: Leliy Kholida
“Keselamatan dan berhati-hati saat bersepeda di jalan raya merupakan kesenangan yang hakiki.”
Bagus dan Haqi merupakan Kakak-Adik kandung yang hanya berselisih usia 3 tahun. Bagus sebagai kakaknya. Hobi keduanya adalah bersepeda.
Suatu hari, Bapak Fitriyadi menyapa saat Haqi bersepeda di jalan raya Poros Bandara Haluoleo, “Mau ke mana? Ikut Om saja. Sepedanya disimpan di mobil.” Haqi menggeleng.
Senin sore, Ibu tiba dari kampus. Ibu tidak mendapatkan dua Kakak yang seharusnya di rumah.
Bunda Abdi memanggil depan pintu hingga tiga kali, “Ibu Hafidz ….”
Ketika sudah selesai mandi, Ibu berlari ke rumah Bunda Abdi. Bunda Abdi mengatakan kalau ia menemukan Bagus dan dua teman lainnya bersepeda di jalan Raya Wua-Wua, 4,1 kilometerdari rumah. Bapak Bagus ikut mendengar penjelasannya.
Azan magrib terdengar. Bagus baru saja masuk rumah.
Ibu bertanya, “Dari mana, Nak?” Bagus bercerita bahwa dirinya bersepeda dari rumah jam 12.30 WITA ke MTQ Kendari. Ramai sekali.
Ibu terkejut. “Masyaallah, Nak, kamu menempuh 11 kilometer ke pusat Kendari.”
“Sudah terjawab rasa ingin tahumu? Jalan raya tidak cocok untuk anak seusiamu. Apalagi di jam padat kendaraan saat orang pulang dari kantor.” Ibu menasihati.
Bagus menambah cerita, “Truk-truk hampir menyentuhku.”
Bapaknya menyambung, “Nak, keselamatanmu lebih berharga daripada sepedamu. Lain waktu, harus meminta izin kepada Ibu dan Bapak. Kamu harus lebih berhati-hati. Sudah berhati-hati saja masih bisa terjadi kecelakaan, lho!” ***