Ditulis Oleh: Devi Viandizha Octalina, S.Pd.
Jagalah perasaan orang lain sebagaimana kita ingin orang lain menjaga perasaan kita.
Siang itu Ayah dan Bunda mengajak Ghani pergi ke kebun binatang. Diperjalanan, Ghani melihat anak seusianya tengah bernyanyi sambil memegang kantung bekas permen sebagai tempat untuk menyimpan uang yang diperolehnya. Beberapa saat kemudian, anak tersebut mendatangi mobil Ayah seraya ingin meminta uang. Bergegas Ghani menutup kaca mobil sambil mengumpat kesal.
“Ih, kenapa dia ke sini sih? Bajunya kotor, badannya bau, aku enggak suka!” ucap Ghani kesal.
“Astagfirullah, Nak. Kamu tidak boleh seperti itu, Sayang. Anak tadi pun berharap bisa menjadi seperti Ghani. Memiliki Ayah dan Bunda, bisa sekolah, dan tidak perlu mengamen berpanas-panasan. Namun, Allah menakdirkan kondisinya berbeda dengan kita sehingga dia harus bekerja,” sahut Bunda.
“Betul, Nak. Saat ada kesempatan berbagi, maka berbagilah. Jangan malah mengejeknya. Coba bayangkan jika anak tadi mendengar ucapan Ghani, anak tersebut pasti akan sedih, akan terluka hatinya,” tambah Ayah.
“Kita harus selalu menjaga perasaan orang lain sebagaimana kita ingin orang lain menjaga perasaan kita ya, Nak,” sambung Bunda.
“Maafkan Ghani, Ayah, Bunda. Di perjalanan pulang nanti, jika bertemu dengan anak tadi, kita berikan sesuatu, ya. Kita belikan makanan juga boleh ya, Bun? Sebagai permintaan maaf Ghani,” ucap Ghani menyesali sikapnya. ***