Ditulis oleh: Asmaini, S.Pd.
Matahari pagi begitu hangat. Aku dan beat putihku meluncur ke sekolah dengan penuh semangat. Alhamdulillah … aku sudah tiba di sekolah.
“Asalamualaikum …” sapaku sambi tersenyum.
“Waalaikumsalam …” jawab muridku serentak.
Seperti biasa, aku akan melakukan sharing pagi. Belum sempat aku membuka percakapan.
“Gedubraak …” terlihat kursi terdorong di sudut kelas.
Aku terdiam sejenak sambil berucap, “Astaghrullah …” lirihku.
“Mengapa Aiman dan Rizki saling mendorong kursi hingga jatuh?” tanyaku.
“Aiman, Bu,” jawab Rizki.
“Rizki Bu …” sahut Aiman.
Setelah mendengar penjelasan mereka, akhirnya aku angkat bicara.
“Baiklah, Nak kemarin kita baru belajar hadis tentang marah. Coba Aiman dan Rizki, bacakan hadis tersebut,” kataku.
“Laa taghdob wa lakal jannah … janganlah engkau marah, maka bagimu surga,” kata Aiman dan Rizki.
“Bila kalian mau berkelahi, ingat hadis ini. Pasti tidak jadi berkelahi. Kita itu adalah keluarga di sekolah ini. Tujuan kalian ke sekolah untuk belajarkan? Bukan berkelahi?” tanyaku.
“Iya Bu, insyallah kami tidak berkelahi lagi …” jawab Aiman dan Rizki sambil bersalaman. ***