Ditulis Oleh: Anastasia Dwi Riniwintarsih
“Juara pertama adalah ….” Aku tak mau dengar lagi pengumuman itu.
“Pulang yuk,” kataku pada Sandra. Sandra adalah teman kelasku.
“Kita tidak menunggu?”
“Tidak usah, aku tidak juara.”
Kami pun akhirnya pulang.
“Wah, kesayangan Bunda sudah pulang,” sambut Bunda begitu aku tiba di rumah.
“Kok lesu?” tanya Bunda karena aku tidak merespon.
“Kenapa, Sayang?”
Aku tidak langsung bercerita. Kakiku melangkah terus ke kamar. Bunda mengikutiku dengan sabar.
“Sayang …,” kata Bunda sembari memelukku.
“Maafkan aku, Bunda, aku kali ini tidak berhasil,” kataku terbata. Kutumpahkan rasa kecewaku dipelukkan Bunda. Aku menangis sedih.
“Kenapa harus minta maaf, Sayang. Buat Bunda, anak Bunda ini akan selalu menjadi juara di hati Bunda. Masih banyak kesempatan. Yang penting selalu ada niat dan berusaha,” kata Bunda dengan lembut. Inilah yang kusukai dari Bunda. Setiap kata yang diucapkan membuatku nyaman.
“Terima kasih, Bunda. Aku akan terus berusaha,” kataku.
“Ini baru juara,” kata Bunda.
Aku membalas dengan tersenyum bahagia. ***