Ditulis Oleh: Rindah Jhayan
Derap langkah kuda terdengar kencang. Khalid bin Walid, sang Panglima Perang Pasukan Muslimin, kagum melihat seorang anggota pasukan berkuda melewatinya. Sosok pemberani tersebut hanya terlihat bagian matanya sambil menggenggam sebuah tombak.
“Sungguh hebat. Siapa anggota pasukan berkuda itu? Demi Allah, sungguh dia adalah seorang pasukan berkuda,” kata Khalid bin Walid. Sosok berkuda tersebut terlihat menerobos pasukan Romawi. Dengan gagah berani, ia menyerang dan memorakporandakan pasukan Romawi hanya dengan sebilah tombak yang dibawanya. Hanya dalam satu kali putaran, ia berhasil merobohkan sejumlah pasukan Romawi.
Rafi’ bin Amirah berkata, “Tentunya kesatria ini sebanding dengan Khalid bin Walid.” Para tentara Muslimin ragu, siapakah kesatria pemberani ini?
“Demi Allah, aku juga tidak mengenalnya. Sungguh, apa yang diperbuatnya telah membuat diriku takjub,” kata Khalid.
Kemudian, sang Kesatria Pemberani itu pun datang menghampiri pasukan Muslimin yang berjaga di perbatasan Romawi. Dia bak bintang yang bersinar. Khalid pun meminta kesatria tersebut untuk mengungkapkan jati dirinya. Awalnya ia ragu. Namun, setelah Khalid mendesaknya, ia pun membuka penutup wajahnya. Ternyata, ia adalah Khaulah binti Azwar. Ia datang untuk membebaskan saudara laki-lakinya, Dharar bin Azwar, yang ditangkap oleh pasukan musuh.
Mendengar itu, Khalid dan pasukan Muslimin langsung melakukan penyerangan bersama. Khaulah pun terus ikut berjihad hingga saudar laki-lakinya dapat diselamatkan. ***