Ditulis oleh: Febri Susilowati
Saat musim haji tiba. Uwais menggendong ibunya dan berjalan dari yaman ke Makkah.
Pada zaman Rasulullah, tinggallah Uwais bersama ibunya yang lumpuh dan buta. Sejak lahir Uwais menderita penyakit sopak, sehingga banyak bercak putih di tubuhnya. Meskipun hidup miskin, Uwais selalu bersyukur dengan giat bekerja menggembalakan domba milik tetangga. Suatu hari, Ibunya memanggil Uwais.
“Anakku, Ibu ingin melaksanakan haji sebelum Ibu meninggal.”
Uwais terkejut. Dengan santun beliau menjawab, “Tentu Ibu, insyaallah kita bisa pergi ke Makkah untuk melaksanakan haji.”
Berhari-hari Uwais berpikir, bagaimana cara untuk membawa ibunya. Biasanya orang-orang pergi ke sana dengan menggunakan unta. Namun, seekor domba pun Uwais tidak punya.
Akhirnya Uwais membeli seekor domba kecil untuk dipelihara. Setiap hari Uwais menggendong anak domba itu naik turun bukit. Orang-orang menertawai dan menyangka Uwais sudah gila, tapi Uwais tidak menghiraukannya. Delapan tahun berlalu, domba Uwais sudah besar dan berat. Tubuh Uwais juga menjadi kuat berkat latihan setiap hari.
Saat musim haji tiba, Uwais menggendong ibunya dan berjalan dari Yaman ke Makkah. Uwais dan ibunya berdoa di depan Ka’bah. Atas izin Allah, penyakit sopak yang diderita Uwais sembuh. Hanya menyisakan satu bulatan putih di telapak tangannya.
Rasulullah mengatakan bahwa Uwais adalah pemuda yang saleh dan berbakti kepada ibunya. Karena ketaatannya, Uwais sangat terkenal di penduduk langit dan mendapat julukan al-Qarni, yang berarti penghuni
langit. Saat kematian Uwais, banyak sekali orang yang mengantarkan kepergiannya. Mereka adalah para penduduk langit yang dikirim oleh Allah.