Ditulis Oleh: Rinda Dwiguslita
“Ayah kalau rapor Alona bagus boleh gak nanti liburannya ke Tenggarong?” Alona duduk dengan manis di hadapan Ayahnya.
“Hmmm … boleh,” sahut Ayah sambil meyeruput kopinya. “Memang mau jalan kemana aja kalau di Tenggarong?” lanjut Ayah bertanya.
“Kata teman-teman Lona sih Danau Biru bagus, Yah. Kita bisa mendayung perahu mengelilingi danau bekas galian batu bara itu,” sahut Lona berapi-api. “Wisata air Yah, mantapkan? Kita juga bisa memancing ikan. Kan hobi Ayah mancing.”
“Setelah itu kita bisa lanjut ke Museum Mulawarman, melihat-lihat peninggalan kerajaan Hindu tertua di Indonesia …,” sambung Jessika mendekat ke arah Ayahnya.
“Jangan lupa ke Pulau Kumala, konon itu katanya bekas kapal tentara Belanda yang terdampar di tengah-tengah sungai Mahakam,” ujar Gladis menimpali. “Kita juga bisa mengunjungi Taman Kembang Jaong banyak replika benda-benda tahun 1970-an. Yah katanya sih Tenggarong tempo dulu.”
“Wah, kalian kok banyak tahu sih tempat wisata di Tenggarong?” Ayah menatap tiga putrinya satu per satu.
“Iya dong Yah, kan tahunya dari Instagram … Di Tenggarong juga banyak kuliner-kuliner tempo dulu dan kekinian. Pokoknya komplit deh,” ujar Alona sambil tersenyum. ***