Ditulis Oleh: Carrisa Raihanna Wibawa
“Di mana aku?” tanya Santrika. Di sampingnya, dua adiknya melompat dengan tangan di udara, “Kita ada di New York!” Keluarga Santrika akhirnya berhasil mengumpulkan cukup uang untuk mengunjungi kota impian mereka, New York, yang memiliki segalanya mulai dari makanan, pakaian, hingga toko mainan. Santrika tersenyum lebar, tempat yang dia sangat tunggu adalah Times Square dengan menara langit yang tinggi berpendar seperti bintang.
Semua berjalan lancar. Mereka mengunjungi Patung Liberty. Orang tua Santrika menggantungkan gembok di Jembatan Cinta, adik-adiknya menikmati es krim, dan bermain dengan boneka lucu di dalam mobil mereka. Saat mereka hendak kembali ke hotel, Ayah Santrika berkomentar bahwa mobil terasa agak aneh. Namun, Ibu menjelaskan bahwa itu mungkin hanya perbedaan antara mobil di Indonesia dan di Amerika, dan mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali ke hotel. Keluarga pun setuju, Santrika pun menutup mata, mendengar adiknya yang sedang mendengkur di sampingnya. Kemudian, Santrika terbangun dengan sakit kepala. Dia berada di dalam ruangan putih, terbaring di tempat tidur. Tidak dapat bergerak. Tiba- tiba, dua orang memasuki kamar, mengenakan pakaian biru, dan salah satunya berbicara dalam bahasa Indonesia. Santrika bertanya, “Di mana aku?” Mereka menjawab,
“Kamu berada di rumah sakit, Nak.” Santrika mencoba bergerak di tempat tidur, “Keluarga saya?” Dia melihat ekspresi duka dalam mata mereka, “Keluargamu meninggal dalam kecelakaan mobil, Nak.” ***