Ditulis oleh: Endang Widiastuty
“Brak …” Naya membanting tas ke lantai dengan muka memerah.
“Ada apa, Nay?” sapa Ibu sambil menghampiri dan membelai rambutnya.
“Naya kesal, Bu! Masa teman-teman menyalahkan Naya. Padahal Naya enggak sengaja mecahin vas bunga. Naya kaget karena di bunga segarnya ada ulat bulu. Lalu vas bunganya jatuh kesenggol tangan Naya, Bu!”
“Oh, begitu kejadiannya!” seru Ibu mengembangkan senyum.
“Terus, gimana, Bu? Besok kan penilaian kerapihan kelas! Masa Naya harus ganti vas bunganya!” rajuk Naya.
“Naya, Sayang, ketika kita berbuat salah memang harus memperbaiki kesalahan tersebut. Walaupun tidak sepenuhnya diri kita yang salah.” Ibu mengusap lembut rambut Naya yang terurai.
“Antar Naya beli vas bunga ya, Bu!” pinta Naya menggoyangkan tangan Ibu.”
“Di dalam lemari itu ada vas bunga kaca. Nah, Naya bisa pakai untuk mengganti vas bunga yang pecah!” seru Ibu sambil menunjuk ke arah lemari.
“Syukurlah, terima kasih, Bu! Akhirnya Naya bisa bertanggung jawab memperbaiki kesalahan Naya.” ***