Ditulis Oleh: Ita Masitoh S.Ag, M.Pd.I
“Adam, ayo bangun Nak, waktu sahur tinggal 15 menit lagi, nanti masuk waktu imsak sudah tidak boleh makan lagi.”
“Baik, Bu, aku basuh muka dulu sebentar.” Saat semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan, ayah selalu mengingatkan untuk tak lupa bersyukur dan membaca niat puasa.
“Ayah, Bolehkah setelah salat Subuh nanti Adam tidur lagi?”
“Tidak boleh Nak, tidur setelah salat Subuh akan menghambat datangnya rezeki karena saat itu waktu turunnya keberkahan, sebaiknya kita jemput dengan zikir dan tadarus.”
“Ayah, bukankah tidurnya orang puasa itu ibadah?” tanya Adam lagi.
“Adam, kita diberi waktu sehari 24 Jam. Itu harus dipergunakan sebaik baiknya, apalagi ini bulan Ramadan. Semua amal baik dilipatgandakan pahalanya, kalau tidur saja untuk menghindari maksiat dinilai ibadah, apalagi kalau kita isi dengan tadarus, zikir, membantu orang tua, menolong orang, bersedekah, tentu akan lebih tinggi nilai ibadahnya dari sekedar tidur. Kita juga harus sabar menahan diri dari melakukan hal hal yang tidak baik, suka marah, bersikap boros, dan serakah. Karena puasa itu bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, tapi harus bisa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah. Itulah arti puasa yang sesungguhnya.”
“Baik, Ayah. Adam akan manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk ibadah dan berjanji untuk sabar dan tidak emosi.” ***