Ditulis oleh ; Endang Fatmawati
Aku, Minan, dan sahabatku, Uswah, sedang asyik bermain di dekat rumahku. Tiba-tiba, telingaku menangkap suara “meong” yang lemah. Aku langsung menoleh ke arah suara.
“Uswah, dengar enggak? Ada suara kucing!” kataku sambil menunjuk ke arah pohon rambutan.
Uswah pun segera mendekat.
“Iya, Minan! Itu ada kucing kecil di dahan tinggi. Kasihan, dia pasti ketakutan!” ujarnya dengan wajah khawatir.
Aku harus bertindak.
“Aku akan memanjat pohonnya, Uswah. Kamu siapkan handuk untuk menangkapnya, ya,” saranku.
Dengan hati-hati, aku memanjat pohon itu. Aku bisa melihat kucing itu lebih dekat. Matanya bulat, bulunya berwarna putih dengan bercak cokelat.
“Tenang ya, kucing kecil, aku akan menolongmu,” bisikku pelan. Perlahan, aku mengulurkan tangan dan mengangkatnya. Uswah di bawah sudah siap dengan handuk.
“Turunkan pelan-pelan, Minan!” serunya.
Setelah kucing itu aman, Uswah tersenyum lebar.
“Kita berhasil, Minan! Kamu hebat!” pujinya.
Aku senang bisa melakukan hal baik bersama sahabatku. Kucing itu menggosokkan tubuhnya ke kakiku, seolah berterima kasih. ***