Ditulis Oleh: Ridha Muslimah Sacha
Dani menggerutu kesal. Makan siang karyawisata memang fried chicken atau ayam goreng tepung, tetapi bukan merek terkenal. Sepertinya fried chicken ini dimasak dari dapur biasa, bukan beli di restoran terkenal.
“Apaan, fried chicken bohongan kayak gini, enggak enak! Aku doyannya yang merek luar negeri. Mending aku buang atau kasih kucing aja. Nanti aku beli lagi aja,” cela Dani cemberut.
“Aku juga enggak suka. Enggak keren dan kurang bumbu,” timpal Biyan.
“Kalau kalian enggak suka, jangan dibuang dan mencelanya. Mendingan buat adikku di rumah. Kami jarang makan kayak gini. Bisa makan pakai nasi saja kami bersyukur,” cegah Ramli.
Pak Lukman menghampiri mereka. “Yang hendaknya dilakukan seseorang jika dihidangkan makanan adalah menyadari besarnya nikmat Allah kepadanya dan bersyukur atasnya. Dan seseorang hendaklah tidak mencela makanan tersebut. Jika berselera terhadap makanan tersebut, maka hendaklah dimakan. Jika tidak, maka tidak perlu dimakan dan tidak berkomentar dengan celaan dan hinaan. Begitu kata Rasulullah, Anak-anak.”
“Makanan apa pun rezeki dari Allah. Mencelanya sama saja tidak berterima kasih kepada Allah,” sambung Pak Lukman.
“Astaghfirullah. Ampuni kami ya Allah,” sesal Dani dan Biyan. Dengan mengucapkan doa, akhirnya mereka pun memakan makanan tersebut. ***