Ditulis Oleh: Najma Raudhatya
Hari ini sungguh sangat mengecewakan, teman yang lain dapat menjadi juara 17Agustus, sedangkan aku tidak sama sekali. Aku memang cengeng, karena itu semenjak tadi aku sudah menangis sesegukan berlari menuju rumah untuk bertemu dengan Ibu.
“Ibu …”
Ibu yang sedang merajut kerajinan menoleh.
“Irza, kamu kenapa menangis?”
Dengan masih sesegukan, aku berjalan menghadap Ibu.
“Tahun ini aku kalah lagi, Bu.”
“Tidak masalah, Nak. Akan ada saatnya kamu menang dan ada saatnya kamu kalah, Sayang, “ jawab Ibu tersenyum hangat.
“Kamu boleh menangis, tetapi tahun depan harus berjuang lagi apa pun hasilnya. Jangan sampai kamu menangis dan tidak mau bermain bersama teman teman kamu nanti. Ingat Sayang, segala sesuatu ada waktunya dan setiap waktunya adalah pelajaran.”
Aku menghapus air mataku dan tersenyum hangat pada Ibu.
“Seperti tahun lalu aku yang peringkat lima di kelas, dan sekarang aku menjadi peringkat dua, Bu?”
Ibu mengangguk dan mengelus kepalaku, aku sayang Ibu. ***