Ditulis oleh: Andi Mediani
Sudah semingguan ini Harits menikmati perannya sebagai pahlawan kebersihan.
“Dik Harits ditunjuk jadi pahlawan, dong,” ucapnya bangga.
“Eh, itu sampah … ambil. Harus dibuang ke tempatnya!” katanya lagi.
Ya… ya. Itulah dia, Dik Harits … pahlawan keluarga kami. Di sekolah, ia terlihat menelusuri lorong sambil membawa plastik sampah besar. Tak lupa ia mengenakan pin pahlawan kebersihan yang mengkilap tatkala terkena sinar. Ia menelisik sudut ruang untuk mengambil sampah yang bersembunyi.
“Rits … nanti jadi kan nyicil tugas bahasa Indonesia di rumah Lutfi?” tanya Fatih berjalan kepanasan membawa semangkuk bakso keluar kantin.
“Insyaallah jadi, dooong …” Harits berkata sembari mengantungi sampahnya.
Ya… Dik Harits mengantungi sampahnya ketika tak ditemukannya tempat sampah, hingga …
“Aduuuh! Apa ini?” teriakan Dik Harits mengejutkan kami semua.
Tangannya menggaruk ke sana-sini. Sesekali menampar kaki.
“Hahaha … masa pahlawan kebersihan digigitin semut. Makanya jangan menyimpan sampah. Sampah kok dikantungi terus sampai lupa. Nah, akhirnya semut-semut nyerang, deh,” kata Aa Syathir tertawa terpingkal-pingkal. ***