Ditulis oleh: Vassa
Namaku Rio Permana Susanto. Aku seorang tunawicara. Saat aku baru masuk TK, aku mendapat perlakuan khusus yang membuat teman-temanku merasa iri dan akhirnya aku dibully. Aku merasa iri dengan teman-temanku yang normal-normal saja. Dari situ aku takut untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Sekarang aku sudah berumur 13 tahun. Aku pun masuk SMP dan wali muridnya adalah pamanku. Karena orang tuaku sibuk, dia yang menggantikan. Di kelas aku dikerumuni oleh orang normal, tidak ada yang cacat. Karena aku satu-satunya yang cacat di sana aku pun dibully lagi. Aku merasa orang sepertiku hanyalah sampah masyarakat.
Sampai di mana lomba melukis diadakan. Saat pulang sekolah, wali kelas menyuruhku ikut, tapi karena keterbatasanku aku merasa malu untuk ikut. Dia bilang, kekuranganmu bukan penghalang untuk masa depanmu. Akhirnya aku memutuskan ikut. Dan pada saat pengumuman kejuaraan, aku menduduki juara 1. Semua orang bertepuk tangan. Dari situ aku mulai percaya diri dan bangga dengan keterbatasanku. Dan aku mulai menyadari, bahwa setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. ***