Ditulis Oleh: Sri Mulyanih
Pagi yang cerah disambut oleh sinar matahari dan kicauan burung dari sangkar yang tergantung di depan rumah. Aku, Abi dan Umi siap berangkat. Abi dan Umi kantornya berdekatan, jadi berangkat dan pulang kerja selalu bersama. Sedangkan aku menuju sekolah yang kebetulan dilewati oleh Abi dan Umi setiap hari. Hari ini perjalanan begitu macet, semua orang sibuk dengan aktivitas masing-masing menuju tempat kerja.
“Untung kita berangkat lebih pagi ya Mi, walau macet, tapi tidak takut terlambat,” ucapku sambil sesekali memajukan kepala ke depan melihat antrean mobil.
“Ya … sebaiknya kita mengisi perjalanan kita ini dengan berzikir melafazkan kalimatkalimat thayyibah,” ujar Umi.
“Benar itu, apalagi melafazkan kalimat thayyibah itu merupakan amalan yang ringan dilakukan, tapi mendapatkan pahala yang timbangannya berat,” sahut Abi menambahkan.
“Selain menghilangkan kejenuhan di saat macet, kita juga akan mendapatkan pahala yang semakin banyak untuk tabungan di akhirat nanti,” ucapku.
Sejak saat itu, setiap kali kami bepergian di jalan kami selalu melafazkan kalimat thayyibah dengan semangat. ***