Ditulis Oleh: Muliyani Rosanthi
“Asalamualaikum,” Aira memasuki rumah dengan wajah murung.
“Waalaikumsalam,” sambut Bunda sambil memperhatikan wajah anaknya yang terlihat berbeda.
“Ada apa Sayang, kok wajahnya ditekuk begitu?”
“Aira kesal sama Rani!”
“Looh … ada apa, Rani kan sahabat Kakak.”
“Nah iya kan Bun, kalau sahabat harusnya ga boleh bikin kecewa.”
“Wah … coba ceritakan kepada Bunda?” tanya Bunda penasaran.
“Jadi … kemarin itu Aira minta tolong ke Rani untuk membelikan permen kesukaan Aira yang ada di toko sebelah rumah Rani, tapi Rani katanya lupa,” cerita Aira dengan mata berkaca-kaca.
“Sayang … semua orang pasti pernah berbuat salah dan lupa, kita pasti merasa sedih dan kecewa.
Rasulullah membolehkan kita membalas keburukan dengan keburukan yang sama, tapi yang lebih utama adalah memaafkan, dan Allah akan memberikan balasan pahala yang banyak untuk mereka yang sanggup memaafkan kesalahan teman,” tutur Bunda panjang lebar.
“Hanya dengan memaafkan pahala Aira manjadi banyak?”
“Betul sekali, gimana … Aira mau memaafkan atau membalas kesalahan Rani?” tanya Bunda dengan senyum.
“Aira mau memaafkan saja Bun, biar pahalanya banyak. Besok Aira enggak kesal lagi sama Rani,” jawab Aira dengan mata berbinar
“Alhamdulillah … anak bunda memang salihah, semoga istiqamah ya, Nak.” ***