Ditulis Oleh ; Dian Amrillah
Nama lengkapnya Shaka Dirgantara. Teman-temannya memanggil dia Shaka. Shaka masih duduk di kelas III SD Negeri Tanjung. Badannya tidak terlalu tinggi. Rambutnya ikal. Dua gigi serinya seperti gigi kelinci. Tubuhnya sangat subur, berbeda dengan kebanyakan temannya. Tubuh yang subur itulah yang membuat Shaka dikenal banyak siswa di SD Negeri Tanjung.
Hari ini Shaka begitu gembira karena dia dan beberapa orang temannya ikut serta dalam acara pesta siaga dari sekolahnya. Badan Shaka memang sangat subur, tapi Shaka tetap menjadi anak yang lincah dan gesit, selain cerdas tentunya. Shaka sudah menyiapkan barang-barang yang dia bawa sejak kemarin sore, dia yakin tidak ada yang tertinggal, termasuk bekal nasi dan 2 potong ayam goreng kesukaannya untuk makan siang nanti.
“Shaka … Shakadut!” ledek Anton tiba-tiba dengan suara yang keras. Saat itu Shaka sedang berjalan menuju tenda di sebelah tenda sekolahnya.
“Anton, panggillah temanmu dengan nama yang benar!” nasihat Yanda Salman, guru yang mendampingi mereka dalam kegiatan itu. Untuk pramuka siaga, guru laki-laki dipanggul Yanda,bukan Pak Guru.
“Tapi kan memang benar, Shaka itu badannya gendut, jadi tidak salah memanggilnya Shakadut, Shaka gendut…hahahaha!” Anton tetap bersikeras.
“Tetap tidak boleh, Nak! Hal itu tidak baik. Kita harus saling menghargai sesama, jangan sampai itu jadi penyebab permusuhan!” ucap Yanda Salman dengan lembut.
“Tak mengapa, Yanda. Kalau Anton suka memanggil saya dengan panggilan Shakadut tidak apa-apa. Siapa tahu Anton mau jadi seperti Shaka juga, nanti Shaka panggil Anton dengan panggilan Andut…Anton gendut!” Timpal Shaka sambil tertawa.
“Hahahaha …” Teman-teman lain ikut tertawa.
Wajah Anton terlihat pucat.
Yanda Salman yakin, Anton sangat menyesal. Beliau mencoba mengalihkan situasi.
“Yuk … siaga Yanda, sekarang sudah siang. Kalian pasti lapar, setelah zuhur nanti kalian harus menampilkan tarian yang seminggu ini sudah kita pelajari. Supaya nanti tampilnya bagus, sekarang saatnya isi perut. Yuk, buka bekal masing-masing!” ajak Yanda Salman.
“Horeee …” teriak mereka gembira. Shaka, anton dan teman-teman lainnya segera membuka tas untuk mengambil bekal yang sudah mereka siapkan dari rumah.
“Yanda … bekal aku ketinggalan!” Anton seperti hendak menangis.
Shaka yang membawa dua potong ayam goreng langsung menawarkan ayam gorengnya untuk Anton, padahal Yanda Salman tidak menyuruhnya.
Anton terdiam, dia tampak malu pada Shaka yang ternyata sangat baik.
“Nah, Anton … ayo jangan malu-malu, Shaka sudah menawarkan ayamnya buat kamu!” bujuk Yanda Salman.
“Maafkan aku ya, Shaka! Tadi aku sudah mengejekmu, sekarang kamu malah baik kepadaku,” ucap Anton.
“Tidak apa-apa Anton, lupakan saja! Sekarang ayo kita makan sama-sama!” ajak Shaka.
Anak-anak siaga itu pun makan bersama setelah membaca doa.
Begitulah Shaka, meskipun tubuhnya gendut, tetapi Shaka cerdas dan pemaaf. Dia tidak membalas bullyan temannya, justru teman yang membullynya dia tolong dengan senang hati. Teman-teman juga harus seperti Shaka, ya! ***