Ditulis Oleh: Widya K. Sylviasari
Perilaku hati-hati dan penuh pertimbangan dalam melakukan sesuatu membuat kita terhindar dari celaka.”
Pagi ini cerah, Rayya dan Bani terlihat sedang bermain bulu tangkis. Tiba-tiba melintas mobil Pak RT, mereka harus menghentikan permainan sejenak. Namun, tidak berapa lama melintas lagi sebuah motor.
“Mainnya pindah dekat rumah kosong ujung gang, yuk!” seru Rayya.
“Oke! Di sana tidak ada yang mengganggu kita.” Bani menimpali.
Rumah kosong itu sudah lama ditinggalkan pemiliknya. Namun, masih terlihat megah dan terawat.
Sedang asyik-asyiknya bermain, angin menerbangkan kok putih bulu angsa hingga jatuh di halaman rumah megah itu.
“Bagaimana cara mengambilnya?” Bani menghela napas.
“Jalan satu-satunya kita harus memanjat pagar ini,” jelas Rayya
Pagar putih setinggi 2 meter kelihatan mudah dipanjat karena
ukiran besinya bisa dijadikan pijakan. Rayya mulai memanjat tanpa kesulitan.
“Koknya ditemukan!” teriak Rayya sambil melemparkan ke arah Bani.
Rayya kembali memanjat. Ketika tinggal setengah meter lagi menuruni pagar, Rayya berteriak kesakitan. Kakinya terjepit di antara ukiran pagar besi.
Kak Adi yang sejak tadi memperhatikan mereka langsung mengambil kursi yang agak tinggi.
Kak Adi meminta Rayya duduk di kursi, lalu mulai melepaskan kaki Rayya yang terjepit secara perlahan.
“Lain kali hati-hati, jangan sembarangan memanjat pagar! Kalian bisa menggunakan tangga sebagai alat bantu,” nasihat Kak Adi sambil mengobati kaki Rayya yang sedikit memar. ***