Ditulis Oleh: Siti Habsari Pratiwi
Selepas salat Asar, ceramah di musala yang disampaikan Pak Ustaz adalah larangan perbuatan mubazir. Nizam bergegas pulang, sesampainya di rumah, Nizam menghampiri Umi.
“Umi, maafkan Abang ya?” Nizam tertunduk lesu.
“Ada apa, Bang?” tanya Umi.
“Abang harus hemat. Abang sudah banyak jajan dan boros. Abang tidak mau jadi saudara setan. Pak Ustaz bilang orang yang mubazir adalah saudara setan,” Nizam menjawab lesu.
“Alhamdulillah, Abang anak hebat. Abang sudah berjanji untuk tidak boros lagi. Umi bangga!” Umi memeluk Nizam.
Keesokan harinya ketika hendak pergi sekolah, Umi memberikan uang saku. Namun, Nizam menolaknya.
“Umi, Abang sudah membawa bekal. Uang sakunya Abang tinggal saja ya. Abang tabung di celengan,” kata Nizam.
“Alhamdulillah!” Ummi memeluk Nizam.
“Abang tidak akan pernah lagi bersaudara sama setan, Mi,” kata Nizam tertawa.
Sejak saat itu, Nizam memilih uang jajannya untuk ditabung. Kecuali di hari Jumat, Nizam akan memasukkan seluruh uang jajannya ke kantong sedekah Jumat di kelasnya. ***