Ditulis Oleh :Radika Fauzia
Di Taman Sekolah, Ara melihat Nayra duduk sendirian. Wajah Nayra tampak sedih. Ara pun menghampiri dan tersenyum.
“Nayra, kenapa duduk sendiri? Boleh aku temani?” tanya Ara.
Nayra mengangguk pelan. “Boleh, Ara.”
Ara duduk di samping Nayra. “Kok, tidak main sama teman-teman yang lain?”
“Mereka bilang aku berbeda,” jawab Nayra.
Ara mengerutkan keningnya. “Maksudnya?”
“Mereka bilang bajuku kurang bagus, jilbabku juga terlalu panjang,” terang Nayra.
Ara tersenyum.
“Nayra kamu cantik dengan jilbabmu. Allah senang dengan anak yang menjaga auratnya. Baju mahal dan bagus bukan penentu teman. Terpenting kita baik hati dan selalu berbuat baik kepada orang lain.”
Nayra tersenyum kecil. Ara lalu mengajak Nayra bermain dengan teman lainnya. Tapi Zahra, Kayra, dan Fatma tampak tidak senang.
Ara dapat merasakannya. Kemudian Ara berkata, “Teman-teman, kita semua ciptaan Allah. Kita boleh beda, tapi tetap bisa berteman. Nayra anak baik dan lembut.”
Fatma, Zahra, dan Kayra meminta maaf pada Nayra.
“Ayo, kita main bareng!” ajak Kayra.
Nayra pun tersenyum senang. Hari itu, mereka mulai ber teman tanpa saling membeda-bedakan. ***