Ditulis oleh: Hendra Weka
Mata kita tidak
diperkenankan melihat
peristiwa gerhana
secara langsung.
Jam menunjukkan pukul satu siang. Aku merasakan hal aneh saat terjaga dari dur karena langit ba-ba gelap sekali, dak seper biasanya. Sejenak aku teringat akan mimpiku sebelumnya. Aku bertemu ga sosok yang saling menutupi dalam satu barisan lurus, yaitu bulan, bumi, dan
matahari.
Keka aku ingin melihat lebih jelas, keganya melarangku. Bulan berkata, “Kamu tak boleh melihat kami secara langsung!”
“Oh, kenapa?” tanyaku.
“Jangan, mata kamu bisa sakit!” sahut Bumi. Dongeng Antariksa
“Terus, bagaimana caranya agar aku bisa melihat periswa gerhana? Ini kan sangat langka terjadi. Aku jadi makin penasaran nih,” gumamku dalam hati.
Matahari menjelaskan, “Yang aku tahu, mata manusia memang dak bisa melihatku secara langsung tanpa perlindungan apa pun. Aku secara normal mengeluarkan energi sebesar 5000 kali lipat cahaya lampu. Ada beberapa cara yang bisa kalian lakukan saat menyaksikan gerhana matahari. Di antaranya melihat dari kertas atau karton yang dilubangi atau melalui pantulannya di air.”
“Kalau pakai kacamata hitam atau pantulan cermin, boleh enggak?” tanyaku memotong penjelasannya.
“Nah, sebenarnya kacamata hitam itu dak akan bisa melindungi matamu, bahkan yang sangat gelap sekalipun. Jangan melihatnya pula melalui pantulan cermin karena berbahaya,” ujar Matahari.
Akhirnya aku pun mengiku saran mereka. Ternyata memang benar, mataku dak mampu untuk melihat gerhana secara langsung. ***