Ditulis Oleh: Zen Muhammad Alfaruq
Sore itu, Umar dan Nada bermain layang-layang di belakang rumah, angin berembus kencang.
“Hore … layang-layangku terbang!” teriak Umar kegirangan. Belum puas melihat layang-layangnya mengangkasa, tiba-tiba benang layang-layang Umar putus.
“Hai, layang-layang, jangan tinggalkan aku!” teriak Umar sambil berlari mengejar layang-layangnya. Nada pun ikut membantu mengejar layang layang Umar. Karena tak melihat jalan, kaki Umar tersandung batu.
“Bruuuk!” Umar terjatuh, ia mengerang kesakitanNada membantu Umar bangun. Saat Umar bangun, ia terkejut melihat sandalnya putus. Lalu ia melemparkan sandal putus itu ke sungai.
“Lho, kenapa sandalnya dibuang, Kak?” tanya Nada.
“Aku kesal!” gerutu Umar sambil manyun.
“Nanti sungainya jadi kotor lho, Kak!” sahut Nada. Umar tak menghiraukan perkataan Nada. Ia pulang tanpa sandal dan layang layangnya. Karena kelelahan, usai salat Isya, Umar pun tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi dikejar-kejar ikan lele raksasa. Di mulut lele raksasa itu ada sandal Umar.
“Tolong … jangan kejar aku! Aku minta maaf!” teriak Umar.
Umar pun terbangun sambil terengah-engah. Ia teringat akan sandal yang dibuangnya ke sungai. Keesokan harinya, usai salat Subuh, Umar pergi ke sungai untuk mencari sandalnya. Sesampai di sungai, Umar tak menemukan sandalnya. Ia justru menemukan tumpukan sampah yang menyumbat aliran sungai. Umar pun mengambil sampah-sampah itu hingga aliran sungai kembali lancar. ***