Ditulis Oleh ; Lilis
Di sebuah sekolah bernama SD Pelangi, hiduplah seorang anak perempuan bernama Lia. Lia adalah anak yang ceria dan penuh semangat. Ia selalu tersenyum, menyapa teman-temannya dengan ramah, dan senang membantu siapa saja yang membutuhkan. Namun, Lia memiliki satu kekurangan yang membuatnya sering menjadi sasaran untuk di buly, yaitu giginya yang sedikit menonjol.
Setiap hari, ada sekelompok anak di sekolah yang suka mengejek Lia. Mereka tiba dengan sebutan “Lia Gigi Kelinci” dan tertawa-tawa setiap kali mereka melewatinya. Awalnya, Lia mencoba mengabaikan hal tersebut, tetapi lama-kelamaan itu membuatnya merasa sedih dan tidak percaya diri. Suatu hari, saat Lia sedang duduk sendirian di taman sekolah, ia bertemu dengan seorang anak laki-laki bernama Ufi. Ufi adalah anak baru di sekolah itu. Ia melihat Lia yang sedang murung dan bertanya, “Lia, kenapa kamu terlihat sedih?”
Lia pun menceritakan apa yang terjadi pada Ufi. Setelah mendengar ceritanya, Ufi berkata, “Lia, kamu tidak boleh membiarkan mereka merasa Senang hati yang telah mengejekmu. Kamu harus ingat bahwa semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka mengejekmu karena mereka tidak tahu betapa berharganya dirimu.”
Lia terdiam sesaat. “Tapi, aku tidak tahu bagaimana cara melawan mereka,” kata Lia dengan suara pelan.
Ufi tersenyum dan berkata, “Kamu tidak perlu melawan mereka dengan kekerasan. Kamu bisa melawan dengan menunjukkan bahwa kamu tidak terpengaruh oleh omongan mereka. tunjukan bahwa kamu tetap bahagia dan percaya diri, meskipun mereka berkata buruk tentangmu.”
Hari berikutnya, ketika anak-anak yang suka mengejek Lia datang lagi, Lia mengingat kata-kata Ufi. Ketika mereka mulai mengejek, Lia tidak lagi menunduk sedih. Ia menatap mereka dengan senyuman dan berkata, “Aku suka gigi kelinciku. Itu membuat unik dan berbeda dari kalian semua.”
Anak-anak yang biasa mengejek Lia terkejut mendengar jawaban Lia. Mereka tidak menyangka Lia akan membalas dengan cara seperti itu. Perlahan-lahan, mereka mulai berhenti mengejek Lia, karena mereka menyadari bahwa kondisi mereka tidak lagi mempengaruhi Lia.
Lama-kelamaan, anak-anak lain pun mulai menghormati Lia. Mereka melihat betapa kuatnya Lia mempertanhkan kekuranganya dan tetap menjadi dirinya sendiri. Lia menjadi lebih percaya diri dan semakin banyak teman yang menghargai keberaniannya.
Ufi yang selalu mendukung Lia, berkata, “Lia, lihat betapa beraninya kamu sekarang. Kamu telah menunjukkan kepada semua orang bahwa kamu tidak akan membiarkan orang lain lain mengejekmu dengan kekurangan yang kamu punya. Tetap semangat sahabatku.”
Lia tersenyum lebar. Ia merasa bangga karena ia telah mempelajari sesuatu yang sangat penting, yaitu bahwa nilai seseorang tidak ditentukan oleh penampilan atau pendapat orang lain. Lia pun bertekad untuk selalu menjadi anak yang baik hati, percaya diri, dan tidak takut untuk melawan bullying dengan cara yang positif.
Dari hari itu, Lia dan Ufi menjadi sahabat baik. Mereka selalu mendukung satu sama lain, dan mereka berdua selalu mengingatkan teman-temannya untuk saling menghargai dan menghormati. Sekolah pun menjadi tempat yang lebih menyenangkan, di mana semua anak bisa merasa aman dan diterima apa adanya. ***